Idealisme
Schelling
Friedrich Wilheim Joshep
Achelling adalah filosofis idealis Jerman muda yang sudah mencapai kematangan
sebagai filosof pada waktu ia masih amat muda.
Pada tahun 1798, ketika usianya baru 23 tahun
ia telah menjadi guru besar di Universitas Jena sampai pada akhir hidupnya
pemikirannya selalu berkembang.
Namun, kontinuitasnya tetap
ada pada periode terakhir dalam hidupnya ia mencurahkan perhatiannya pada agama
dan mistik. Dia adalah filosofis idealis Jerman yang telah meletakkan
dasar-dasar pemikiran bagi perkembangan idealisme Hegel. Ia pernah menjadi
kawan Ficthe, bersama Ficthe dan Hegel.
Schelling adalah adalah
idelis Jerman yang terbesar pemikirannyapun menjadi mata rantai antara Ficthe
dan Hegel. Seperti Ficthe , Schelling mula-mula berusaha menggambarkan jalan
yang intelek dalam proses mengetahui semacam Epistimologi. Ficthe memandang
alam semesta sebagai lapangan tugas manusia dan sebagai basis kebebasan moral,
Schelling membahas realitas lebih objektif dan menyiapkan jalan bagi Idealisme
absolut hegel.
Dalam pandangan Schelling,
realitas adalah identik dengan gerakan pemikiran yang berevolusi secara
dialektis. Akan tetapi ia berbeda dalam segala hal dengan Hegel. Pada Schelling
juga pada Hegel realitas adalah proses revolusi dunia menuju sosialisasinya
berupa suatu ekskresi kebenaran teakhir.
Dalam rasionalisme,
Schelling membantah dan mengkritik segala bentuk paham rasionalisme yaitu
ketika dia memandang alam ini, katanya tidak dapat dibayangkan sistem rasional.
Dan semenjak tahun 1809 ia berusaha mengembangkan paham metafisika empirisme.
Disini ia memperlihatkan bahwa susunan rasionalisme adalah konstur hipotesis,
yang memerlukan pembuktian nyata baik pada alam maupun pada sejarah. Ia juga
menambahkan bahwa kategori agama pada akhirnya merupaka pernyataan yang lebih
berarti daripada realitas yang lain.
Reese (1980 : 511)
menyatakan bahwa filsafat Schelling berkembang melalui lima tahap :
1.
Idealisme
Subjektif
Pada tahap ini ia mengikuti pemikiran Ficthe.
2.
Filsafat Alam
Pada
tahap ini ia menerapkan prinsip atraksi dan repluse dalam berbagai problem
filsafat dan sains.
3.
Idealisme
Transendental atau Iealisme Objektif
Filsafat alam dilengkapi oleh
suatu kesadaran absolut yang perkembangannya merupakan wahyu yang absolut dalam
sejarah. Filsafatnya tentang seni mem perlihatkan pendapatnya itu. Ia
menyatakan bahwa seni merupakan kesatuan antara subjektif, roh dan alam.
Tragedi dipandang sebagai tubrujan antara suatu keharusan dengan kebebasan
diamalkan oleh kesediaan menerima hukum secara jantan. Hukuman itu
memperlihatkan kesediaan kita menerima realitas dan idealitas.
4.
Filsafat
Identitas
Yang
absolut itu pada tahap ini menjadi lebih penting kedudukannya, dipandang
sebagai identitas semua individu isi alam.
5.
Filsafat
Positif
Pada tahap terahir ini
pemikirannya menekankan nilai mitologi dan mengakui perbadaan yang jelas antara
Tuhan dan alam semesta.
Pada tahap ini ia mengikuti
sebagian pemikiran Jacob Boehme dan Neoplatonisme. Namun Petrus mengatakan
bahwa dalam sejarah filsafat, biasanya perkembangan filsafat Schelling di bagi
menjadi 4 :
Periode filsafat alam, periode
sistem idealitas atau tahap filsafat identitas, periode sinkretisme dan periode
teosofi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar