Rabu, 04 Juli 2012

Tokoh Filsafat

a
 Socrates, Plato, Aristoteles

  1. Socrates
Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori-teori sains yang telah mapan, mengguncangkan keyakinan agama. Ini menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan, inilah sebabnya Socrates harus bangkit ia harus meyakinkan orang-orang Athena bahwa tidak semua kebenaran itu relatif. Ada kebenaran yang umum yang dapat di pegang oleh semua orang. Sebagian kebenaran relatif tetapi tidak semuanya. Mengenai riwayat Socrates tidak banyak di ketahui, Socrates lahir di Athena tahun 470 SM dan meninggal dunia tahun 339 SM, ia meyakinkan kepada penduduk Athena bahwa tidak semua kebenaran itu relatif, melainkan ada juga kebenaran yang umum yang dapat dipegang oleh semua orang, sebagian kebenaran memang relatif tetapi tidak semua, sebagai sumber utama keterangan tentang Socrates di peroleh dari tulisan Aristhopanes, Xenophon, Plato, dan Aristoteles. Ia sendiri tidak meninggalkan tulisan, sedangkan keterangan tentang dirinya di dapat dari muridnya. Orang yang paling banyak menulis tentang Socrates adalah Plato yang berupa dialog-dialog.
Ia anak dari seorang pemahat Sophroniscos, dan Ibunya bernama Phairnarete, yang pekerjaanya seorang bidan. Isterinya bernama Xantipe yang di kenal sebagai seorang yang galak dan keras, ia bersal dari keluarga yang kaya dengan mendapatkan pendidikan yang baik, kemudian menjadi prajurit Athena. Ia terkenal sebagai prajurit yang gagah dan berani, karena ia tidak suka urusan politik, maka ia lebih senang memusatkan perhatiannya pada filsafat, yang akhirnya ia dalam keadaan miskin.
Seperti halnya kaum Sofis, Socrates mengarahkan perhatiannya kepada manusia sebagai objek pemikiran filsafatnya, berbeda dengan kaum Sofis yang setiap mengajarkan pengetahuannya selalu memungut bayaran kepada murid-muridnya sedangkan Socrates tidak. Maka, ia kemudian oleh kaum Sofis di tuduh memberikan ajaran barunya, yang merusak moral para pemuda, dan menentang kepercayaan negara. Kemudian ia di tangkap dan akhirnya di hukum mati dengan minum racun pada usia 70 tahun yaitu pada 399 SM. Pembelaan Socrates atas tuduhan tersebut telah di tulis oleh Plato dalam karangannya Apologia.

Bertnes (1975:85-92) menjelaskan ajaran Socrates sebagai berikut ini. Ajaran itu di tunjukan untuk menentang ajaran relativisme sofis. Ia ingin menegakkan sains dan agama. Kalau dipandang sepintas lalu Socratos ada kebenaran objektif, yang tidak bergantung pada saya atau pada kita, ini memang pusat permasalahan yang dihadapi Socrates untuk membuktikan adanya kebenaran yang objektif, Socrates menggunakan metode tertentu. Metode itu bersifat praktis dan di jalankan melalui percakapan-percakapan, ia menganalisis pendapat-pendapat karena setiap orang berpendapat mengenai salah dan tidak salah dan Sejak muda Socrates telah terlihat sifat kebijaksanaannya, karena selai ia cerdas juga pada setiap perilakunya di tuntun oleh suara batin (Daimon) yang selalu membisikan dan menuntun kearah keutaman moral, cara memberikan pelajaran kepada para muridnya dengan dialog [5]dan tanya jawab, yang bertujuan mengupas kebenaran semua yang selalu menyelimuti para muridnya. Kebenaran semu tersebut muncul karena ketidak tahuan para muridnya tentang hal-hal tetentu. Dengan cara dialog pengetahuan semua akan terdobrak sehingga mampu keluar dan melahirkan pengetahuan yang sejati, metode yang di gunakan Socrates biasanya di sebut Dialektika dari kata kerja Yunani Dialegesthai yang berarti bercakap-cakap atau berdialog Metode Socrates dinamakan dialektika karena dialog mempunyai peran penting didalamnya.
Peran Socrates dalam mendobrak pengetahuan semu itu, meniru pekerjaan Ibunya sebagai seorang bidan dalam upaya menolong kelahiran bayi, akan tetapi ia berperan sebagai bidan pengetahuan. Teknik dalam upaya menolong kelahiran (bayi) pengetahuan itu di sebut majeutike(kebidanan) yaitu dengan cara mengamat-amati hal yang konkrit dan yang beragam coraknya tetapi pada jenis yang sama. Kemudian unsur-unsur yang berbeda di hilangkan sehingga tinggalah unsur yang sama dan bersifat umum, itulah pengetahuan sejati.
Pengetahuan sejati dengan pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan, yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah yang keduanya tidak dapat di pisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang di hasilkan.
                                  
  1. Plato

Plato di lahirkan pada tahun 427 dan meninggal 347 SM, ia berasal dari keluarga Aristrokasi yang turun temurun memegang peran penting di Athena, menurut Plato kebenaran umum itu bukan di buat dengan cara dialog yang indah seperti Socrates, pengertian umum sudah tersedia dalam ide tidak saja pengertian jenis, tetapi juga bentuk dari keadaan yang sebenarnya, ide bukanlah suatu fikiran melainkan suatu realita, Plato adalah pengikut Socrates yang taat di antara pengikut-pengikut lainnya, yang mempunyai pengaruh besar. Selain di kenal sebagai ahli fikir juga di kenal sebagai sastrawan yang terkenal, tulisannya sangat di gemari dan juga sangat banyak sehingga keterangan tentang dirinya dapat di peroleh secara cukup.
Ia lahir di Athena, dengan nama aslinya Aristocles. Ia belajar filsafat dari Socrates, Pytaghoras, Heracleitos, dan Elia, akan tetapi ajarannya  yang paling besar pengaruhnya adalah dari Ariston dan Ibunya bernama Peritione. Sebagai orang yang dilahirkan dalam lingkungan keluarga bangsawan, bernama Pyrilampes. Sejak anak-anak ia telah mengenal Socrates dan kemudian menjadi gurunya selama 8 tahun.
Pada usia 40 tahun ia mengunjungi Italia dan Sicilia, untuk belajar ajaran Pytaghoras, kemudian sekembalinya ia mendirikan sekolah akademia. Sekolah tersebut di namakan Akademis karena berdekatan dengan kuil Akademos seorang pahlawan Athena. Ia memimpin sekolah tersebut selama 40 tahun, ia memberikan pengajaran dengan baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat, teutama bagi orang-orang yang akan menjadi politikus.
Sebagai titik tolak pemikiran filsafatnya, ia mencoba menyelesaikan permasalahan lama: mana yang benar yang berubah-ubah (Heracleitos) dan yang tetap (Parmenides). Mana yang benar antara pengetahuan yang lewat akal atau lewat indra. Pengetahuan yang di peroleh lewat indra disebutnya pengetahuan indra atau pengetahuan pengalaman, sedangkan pengetahuan yang di peroleh lewat akal di sebut pengetahuan akal, pengetahuan indra atau pengetahuan pengalaman bersifat tidak tetap dan berubah-ubah, sedangakan pengetahuan akal bersifat tetap atau tidak berubah-ubah.
Sebagai contoh, terdapat banyak segitiga yang bentuknya berlainan menurut pengetahuan indra atau pengetahuan pengalaman, tetapi dalam ide atau fikiran bentuk segitiga tersebut hanya satu dan tetap menurut pengetahuan akal.
Dunia ide dan dunia pengalaman sebagai penyelesaian persoalan yang di hadapi oleh Plato, ia menerangkan bahwa manusia itu sesungguhnya berada.

  1. Aristoteles

Aristoteles[6]lahir di Stageria Yunani utara tahun 384 SM, Ayahnya seorang dokter pribadi raja Macedonia Amyntas, karena hidupnya di lingkungan istana ia mewarisi keahliannya dalam pengetahuan empiris dari ayahnya. Pada usia 17 tahun ia dikirim ke Athena untuk belajar di Akademia Plato selama kira-kira 20 tahun, hingga Plato meninggal, beberapa lama ia menjadi pengajar di Akademia Plato untuk mengajar logika dan retorika.
Setelah Plato meninggal dunia, Aristoteles bersama rekannya Xenokarates meninggalkan Athena karena ia tidak setuju dengan pendapat pengganti Plato di Akademia tentang filsafat. Tiba di Assos, Aristoteles dan rekannya mengajar di sekolah Assos. Disini Aristoteles telah menikah dengan Pythias, pada tahun 345 SM kota Assos di serang oleh tentara parsi , rajanya (rekan Aristoteles) di bunuh, kemudian Aristoteles dengan rekan-rekannya melarikan diri ke Mytilene di pulau Lesbos tidak jauh dari Assos.
Aristoteles  mengajarkan bahwa hakikat dari sesuatu tidak terletak pada materi, benda, tidak pula dari fikiran semata-mata tentang yang umum,. Pandangannya lebih realistis dari pada Plato dan Aristoteles terkenal dengan nama bapak Logika, logika tidak lain dari berfikir secara teratur menurut urutan yang tepat atau berdasarkan hubungan sebab dan akibat, intisari ajaran logikanya ialah Syllogisme (silogistik) yaitu uraian terkunci yaitu menarik kesimpulan dari kenyataan yang umum atas hal yang khusus. Jadi mencapai kebenaran tentang suatu hal dengan menarik kesimpulan dari kebenaran yang umum.[7]
Tahun 342 SM Aristoteles di undang raja Philippos dari Macedonia untuk mendidik anaknya Alexander. Dengan bantuan raja Aristoteles mendirikan sekolah Lykeion.
Karya-karya Aristoteles berjumlah delapan pokok bahasan sebagai berikut:
  1. Logika, terdiri dari:
Ä  Categoriac (kategori-kategori)
Ä  De interpretatione (perihal penafsiran)
Ä  Analytics priora (analitika logika yang lebih dulu)
Ä  Analytica posteriora (analitika logika yang kemudian)
Ä  Topica
Ä  De sophistics elenchis (tentang cara beragumentasi kaum sofis)
  1. Filsafat Alam terdiri dari :
Ä  Phisica
Ä  De caelo (perihal langit)
Ä  De generatione et corruptione (tentang timbul dan hilangnya mahluk-mahluk jasmani)
Ä  Meteorologica (ajaran tentang badan-badan jagat raya)
  1. Psikoligi terdiri dari :
Ä  De anima (perihal jiwa)
Ä  Parva naturalia (karangan-karangan kecil tentang pokok-pokok alamiah)
  1. Biologi terdiri dari :
Ä  De partibus animalium (perihal bagian-bagian binatang)
Ä  De mutu animalium (perihal gerak binatang)
Ä  De incessu animalium (tentang binatang yang berjalan)
Ä  De generatione animalium (perihal kejadian binatang-binatang)
  1. Metafisika oleh Aristoteles dinamakan sebagai filsafat pertama atau theologia
  2. Etika terdiri dari :
Ä  Ethica nicomachea
Ä  Magna moralia (karangan besar tentang moral)
Ä  Ethica eudemia
  1. Politik dan ekonomi, terdiri dari :
Ä  Politics
Ä  ekonomics
  1. Retorika dan poetika terdiri dari :
Ä  Rhetorica
Ä  Poetica
Beberapa pemikiran Aristoteles yang terdiri dari:
  1. Ajaranya tentang logika, logika tidak di pakai oleh Aristoteles, ia memakai istilah analitika. Istilah logika pertama kali muncul pada abad pertama masehi oleh Cicero, artinya seni berdebat. Kemudian, Alexander aphrodisias (abad III Masehi) orang pertama yang memakai kata logika yang artinya ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.
Menurut Aristoteles, berfikir harus di lakukan dengan bertitik tolak pada pengertian-pengertian sesuatu benda. Suatu pengertian memuat dua golongan, yaitu substansi ( sebagai sifat yang secara tidak kebetulan). Dari dua golongan tersebut terurai menjadi sepuluh macam kategori, yaitu :
  1. substansi (mis. Manusia, binatang)
  2. kuantitas (dua, tiga)
  3. kualitas (merah, baik)
  4. relasi (rangkap, separuh)
  5. tempat (di rumah, di pasar)
  6. waktu (sekarang, besok)
  7. keadaan (duduk, berjalan)
  8. mempunyai
  9. berbuat
  10. menderita
  1. Ajarannya tentang silogisme, menurut  Aristoteles pengetahuan manusia hanya dapat di munculkan dengan dua cara, yaitu induksi dan deduksi. Induksi adalah suatu proses berfikir yang bertolak pada hal-hal yang khusus untuk mencapai kesimpulan yang sifatnya umum. Sementara itu, deduksi adalah proses berfikir yang bertolak pada dua kebenaran yang tidak di ragukan lagi untuk mencapai kesimpulan sebagai kebenaran yang ketiga. Menurut pendapatnya, deduksi ini merupakan jalan yang baik untuk melahirkan pengetahuan baru, berfikir deduksi yaitu silogisme, yang terdiri dari premis mayor dan premis minor, dan kesimpulan.
  2. Ajarannya tentang pengelompokan ilmu pengetahuan
  3. Ajarannya tentang potensial dan dinamika mengenai realitas atau yang ada, Aristoteles tidak sependapat dengan gurunya Plato yang mengatakan bahwa realitas itu ada pada dunia ide. Menurut Aristoteles, yang ada itu berada pada hal-hal yang khusus dan konkret. Dengan kata lain titik tolak ajaran atau pemikiran filsafatnya adalah ajaran Plato tentang ide, realitas yang sungguh-sungguh ada bukanlah yang umum dan yang tetap seperti yang di kemukakan Plato, tetapi realitas terdapat pada yang khusus dan individual. Keberadaan manusia bukan di dunia ide tetapi manusia berada yang satu per satu. Dengan demikian, realitas itu terdapat pada yang konkret, yang bermacam-macam, yang berubah-ubah, itulah realitas yang sesungguhnya. Mengenai hule dan morfe, bahwa yang di sebut dengan hulfe adalah suatu unsur yang menjadi dasar permacaman, sementara itu Morfe adalah unsur yang menjadi dasra kesatuan. Setiap ada benda yang konkret terdiri dari hulfe dan morfe. Misalnya es batu dapat di jadikan es teh, es sirup, es jeruk, dan lain-lain karena morfenya, jadi hule dan morfe tidak terpisahkan.
  1. Ajarannya tentang pengenalan menurut Aristoteles, terdapat dua macampengenalan, yaitu pengenalan indrawi dan pengenalan rasional. Dengan pengenalan indrawi kita hanya dapat memperoleh pengetahuan tentang bentuk benda (bukan materinya)  dan hanya mengenal yang konkret. Sementara itu, pengenalan rasional kita akan dapat memperoleh pengetahuan tentang hakikat dari suatu benda. Dengan pengenalan rasional ini kita dapat menuju satu-satunya untuk keilmu pengetahuan abstraksi. Abstraksi adalah melepaskan sifat-sifat atau keadaan yang secara kebetulan sehingga tinggal sifat atau keadaan yang secara kebetulan yaitu inti sari atau hakekat suatu benda.[8]
  2. Ajarannya tentang etika
Etika bukan di peruntukan sebagai cita-cita, akan tetapi di pakai sebagai hukum kesusilaan. Menurut pendapat Aristoteles tujuan tertinggi hidup manusia adalah kebahagiaan (eudaimonia). Kebahagiaan adalah suatu keadaan di mana segala sesuatu yang termasuk dalam keadaan bahagia telah berada dalam diri manusia. Jadi. Bukan sebagai kebahagiaan yang subjektif. Kebahagiaan harus sebagai suatu aktifitas yang nyata dan dengan perbuatannya itu dirinya semakin di sempurnakan, kebahagiaan manusia yang tertinggi adalah berfikir murni.

  1. Ajarannya tentang negara menurut Aristoteles negara akan damai apabila rakyatnya juga damai. Negara yang paling baik adalah negara dengan sistem demokrasi moderat artinya sistem demokrasi yang berdasarkan undang-undang dasar.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar