Rabu, 04 Juli 2012

prinsip apersepsi



PENGELOLAAN PENGAJARAN

PRINSIP APERSEPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Pengelolaan pengajaran

DOSEN PENGAMPU :
Bpk. Basri Nurin , M.Ag

Disusun oleh kelompok : 16
                        Uswatun Hasanah        : 1059971
              Yayuk Rovita Sari       : 0958601

Pendidikan Agama Islam (PAI)
Semester IV
Kelas C



                                                           





SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JURAI SIWO METRO
TAHUN 2011/2012




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ---------------------------------------------------------       i
KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------       ii
DAFTAR ISI -----------------------------------------------------------------       iii
BAB    I           : PENDAHULUAN ------------------------------------------       1
BAB    II         : PEMBAHASAN
                          A. Pengertian Apersepsi --------------------------------------       2
                          B. Tujuan dan kegunaan Apersepsi---------------------------       5
                          C. Memancing Apersepsi Anak Didik -----------------------       6
BAB    III        : KESIMPULAN ---------------------------------------------       10
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang social anak penting untuk diketahui oleh guru. Sebab dengan mengetahui darimana anak berasal, dapat membantu guru untuk memahami jiwa anak.
Pengalaman apa yang telah dimiliki anak adalah hal yang sangat membantu untuk memancing perhatian anak. Anak biasanya senang membicarakan hal-hal yang menjadi kesenangannya.
Dalam mengajar, pada saat yang tepat, guru dapat memanfaatkan hal-hal yang menjadi kesenangan anak untuk diselipkan dalam melengkapi isi dari bahan pelajaran yang disampaikan. Tentu saja pemanfaatannya tidak sembarangan, tetapi harus sesuai dengan pelajaran. Pendekatan realisasi ini dirasakan keampuhannya untuk memudahkan pengertian dan pemahamn anak didik terhadap bahan pelajaran yang disajikan. Anak mudah menyerap bahan yang bersentuhan dengan apersepsinya. Bahan pelajaran yang belum pernah didapatkan dan masih asing baginya, mudah diserap bila penjelasannya dikaitkan dengan apersepsi anak.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    PRINSIP APERSEPSI
Apersepsi (Apperception) adalah suatu penafsiran buah pikiran, yaitu menyatu padukan dan mengasimilasi suatu pengamatan dan pengalaman yang telah dimiliki. Apersepsi sebagai salah satu fenomena psikis yang dialami individu tatkala ada suatu kesan baru yang masuk dalam kesadaran serta berasosiasi dengan kesan-kesan lama ang sudah dimiliki dibarengi dengan pengolahan sehingga menjadi kesan yang luas. Kesan yang lama disebut sebagai bahan apersepsi.
Apersepsi sering disebut “batu loncatan”, maksudnya, sebelum pengajaran dimulai untuk menyajikan bahan pengajaran baru, guru diharapkan dapat menghubungkan lebih dahulu bahan pelajaran (pengajaran) sebelumnya/kemarin yang menurut guru telah dikuasai peserta didik. Apersepsi ini dapat disajikan melalui pertanyaan untuk mengetahui apakah peserta didik masih ingat/lupa, sudah dikuasai/belum, hasilnya untuk menjadi titik tolak dalam memulai pengajaran yang baru. Dalam hal ini guru dapat menempuh jalan pelajaran secara induktif.
1.      Dari contoh-contoh menuju kaidah-kaidah.
2.      Dari hal-hal yang mudah kepada yang sulit.
3.      Dari hal-hal yang khusus kepada yang umum.
4.      Dari-hal yang konkrit kepada hal-hal yang abstrak.
Apersepsi adalah mengkaitkan konsep (pengetahuan) yang baru dengan yang telah dikuasainya, yaitu asas korelasi (menghubungkan objek belajar yang satu dengan yang lain agar mudah dikuasai siswa secara mendalam, asas korelasi dapat bervariasi: korelasi tempat, korelasi waktu, dan korelasi ide). Asas integrasi (setiap perolehan belajar terkait dalam pola berpikir serta bertindak yang kompak dan utuh). Asas individualisasi (usahakan agar perkembangan siswa optimal untuk dirinya selaras dengan potensionalitasnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud apersepsi adalah pengamatan secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide-ide baru. Banyak ahli yang berusaha mendefinisikan arti apersepsi, namun untuk lebih mudah memahaminya, maka saya mengartikan apersepsi sebagai suatu proses menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan yang baru.
Menurut Nurhasnawati, apersepsi bertujuan untuk membentuk pemahaman. Seperti yang dikutip di dalam bukunya yang berjudul Strategi Pengajaran Mikro yakni, jika guru akan mengajarkan materi pelajaran yang baru perlu dihubungkan dengan hal-hal yang telah dikuasai siswa atau mengaitkannya dengan pengalaman siswa terdahulu serta sesuai dengan kebutuhan untuk mempermudah pemahaman.
Menurut Leibnitz, membedakan persepsi dan apersepsi. dengan persepsi yang dimaksud adanya perangsang diterima seseorang, adanya pengamatan. apersepsi dimaksud bahwa ia tahu bahwa ia melakukan pengamatan. Menurut Herbart,  apersepsi adalah menerima tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang telah ada. Wundt, bahwa apersepsi bukan hanya asosiasi belaka melainkan memasukan tanggapan-tanggapan baru dalam suatu hubungan kategorial atau hubungan yang lebih umum. Menurut para ahli psikologi modern, apersepsi dimaksud pengamatan dengan penuh perhatian sambil memahami serta mengolah tanggapan-tanggapan baru itu dan memasukanya ke dalam hubungan yang kategorial.




Contoh usaha guru untuk membuat kaitan dengan aspek yang relevan
1.   Dalam permulaan pelajaran guru meninjau kembali sampai sejauh mana materi yang sudah dipelajari sebelumnya dapat dipahami oleh siswa dengan cara guru mengajukan pertanyaan pada siswa, tetapi dapat pula merangkum materi pelajaran terdahulu.
2.   Membandingkan pengetahuan lama dengan yang akan disajikan. Hal ini dilakukan apabila materi baru itu erat kaitannya dengan materi yang akan dikuasai.
3.   Guru menjelaskan konsep/pengertiannya. Hal ini perlu dilakukan karena materi yang akan dipelajari sama sekali materi baru
Proses pembelajaran akan lebih kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan jika dimulai dengan apersepsi. Apersepsi merupakan kumpulan hasil pengalaman belajar masa lalu peserta didik yang dikaitkan dengan pengalaman baru dalam belajar yang akan ditempuh peserta didik.
Apersepsi itu dapat mengembangkitkan minat dan perhatian terhadap suatu pengajaran. Maka pengajaran harus dibangun melalui pengetahuan, sikap, dan skill yang telah ada. Herbart (1814) menyarankan 4 langkah pengajaran.
1.      Kejelasan pengertian.
2.      Asosiasi
3.      Sistem : menghubungkan bahan baru dengan hal-hal lain.
4.      Metode : tugas, tanya jawab, dan sebagainya.
Pengikut Herbart yakni Ziller merubahnya dan menggantikanya dengan 5 langkah berikut :
1.    Analisis: apersepsi anak dibangkitkan dan ditujukan kepada bahan baru.
2.    Sintesis: bendanya diperlihatkan dan dijelaskan untuk memperdalam pengertian.
3.    Asosiasi: bahan baru dihubungkan dengan bahan yang bertalian itu.
4.     Sistem:bahan baru dimaksukan ke dalam sistem pengetahuan.
5.     metode:bahan baru dilatih dan digunakan.
Menurut Rein, pengikut dari Herbart juga mengemukakan :
1.      Preparasi (persiapan): peserta didik dipersiapkan untuk menerima bahan baru dengan membangkitkan bahan apersepsi.
2.      Presentasi(penyajian): pada fase ini pengajar menyodorkan bahan pelajaran baru.
3.       Asosiasi: bahan baru dianalisis dan dibandingkan dengan hal-hal lain ynag berhubungan dengan bahan itu.
4.      Generalisasi : pada fase ini diambil kesimpulan merupakan prinsip-prinsip dan pengertian-pengertian.
5.      Aplikasi(penggunaan): Peserta didik diberi kesempatan untuk menggunakan dan melatih bahan yang dipelajari.
Menurut Morrison-plan
1.      Eksplorasi. dengan tes atau diskusi diselidiki pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik tentang suatu masalah.
2.      Mengetahui, sampai manakah peserta didik mencapai tujuan pelajaran dan pendidikan.
3.      Menunjukan kekurangan dan kelemahan peserta didik, sehingga mereka dapat diberi bantuan yang khusus untuk mengatasi kekurangan tersebut.
4.      Menunjukan kelemahan metode mengajar yang digunakan pengajar, kekurang murid sering bersumber dari metode dan cara mengajar yang kurang baik.
5.      Memberi petunjuk yang lebih jelas tentang tujuan pelaharan yang hendak dicapai.
6.       Memberi dorongan kepada murid untuk belajar dengan giat.
B.     TUJUAN DAN KEUNTUNGAN APERSEPSI
Lebih luas tujuan apersepsi antara lain:
1.      Mencoba menarik mereka ke dunia yang kita ciptakan
Perlu dipahami bahwa tidak semua siswa mengerti terhadap apa yang akan kita ajarkan. Tidak semua juga yang menyadari bahwa pemahaman akan pelajaran lama bisa kembali bermanfaat di pelajaran yang akan dipelajari. Pembelajaran terkadang merupakan suatu kesatuan yang terangkai antara satu materi dengan materi lainnya dan dengan melakukan apersepsi maka akan menyadarkan siswa bahwa materi yang akan dipelajari memiliki relevansi dengan materi yang telah dipelajari.
2.      Mencoba menyatukan dua dunia
Walaupun dapat dikatakan materi satu dengan yang lainnya memiiki perbedaan, namun  ada materi-materi tertentu yang memiliki relevansi  dengan materi sebelumnya. Sehingga kiranya sangat perlu bagi guru untuk menyatukan dan menghubungkan antara kedua materi tersebut.
3.      Menciptakan atmosfir
Suasana harus tetap selalu dijaga dan dibentuk sedemikian rupa agar tetap terus terpelihara suasana yang kondusif bagi bagi siswa untuk belajar. Selain itu apersepsi bukan hanya membentuk armosfir fisik yang baik, namun juga dapat membentuk suasana psikologis yang baik sehingga menimbulkan perasaan mampu untuk mempelajari materi baru.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa apersepsi memiliki kaitan yang erat di dalam proses pembelajaran. Apersepsi harus dilakukan oleh guru ketika ingin mengajarkan materi. Dengan adanya apersepsi maka dapat memberikan dasar awal siswa untuk mempelajari materi yang baru, dengan demikian maka apersepsi dapat memberikan kemudahan siswa dalam belajar. Proses belajar tidak dapat dipisahkan peristiwa-peristiwanya antara individu dengan lingkungan pengalaman murid, maka sebelum memulai pelajaran yang baru sebagai batu loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan bahan pelajarannya yang telah dikuasai oleh murid-murid berupa pengetahuan yang telah diketahui dari pelajaran yang lalu atau dari pengalaman.
Proses pembelajaran akan lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan jika para guru secara cerdas dapat menggunakan persepsi (pengalaman atau bahan ajar baru dikaitkan dengan bahan ajar yang lalu atau pengalaman lama yang telah dimiliki peserta didik). Apersepsi ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi kesuksesan proses pembelajaran peserta didik. Pengalaman merupakan guru yang terbaik (Experience is The Best Teacher). Hamalik (1980 :232) menyatakan, pengalaman-pengalaman merupakan integrasi dari tiga unsure, yaitu:
1.      Kesan-kesan terdahulu (Sensory element );
2.      Bayangan atau tanggapan terdahulu yang telah berasosiasi (Image);
3.      Senang dan tidak senang (affective);
Keseluruhan pengalaman ini disebut perception, yang terdiri atas :
1.      Foreground, yaitu objek yang diperhatikan.
2.      Background, yaitu bahan-bahan yang telah diamati terdahulu.
Jiwa manusia pada dasarnya merupakan kumpulan-kumpulan bahan-bahan apersepsi atau pengalaman – pengalaman masa lampau. Bahan – bahan apersepsi ini tersimpan diruangan bawah sadar yang sewaktu – waktu muncul dalam kesadaran.
Ada beberapa yang perlu diperhatikan berkaitan dengan apersepsi, yaitu sebagai berikut :
a.       Pengalaman baru akan mudah diterima jika dikaitkan dengan pengalaman lama yang telah dimiliki peserta didik sehingga proses pembelajaran akan berjalan lebih efektif.
b.      Pengalaman lama yang sudah dikmiliki dapat mem,berikan warna terhadap pengalaman baru sehingga suatu kesatuan yang integral dalam memodifikasi prilaku baru.
c.       Apersepsi dapat menumbuhkembangkan (Interest) dan perhatian (attention) dalam belajar sehingga keterbukaan untuk menerima pengalaman baru dalam belajar lebih siap dan menyenangkan.
d.      Apersepsi dapat menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta didik sehingga memberikan input untuk terjadinya mental Revolution dan motif untuk berprestasi.

C.    MEMANCING APERSEPSI ANAK  DIDIK
Anak didik adalah mahluk individual. Anak didik adalah orang yang mempunyai kepribadian dengan cirri-ciri yang khas sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhannya. Perkembangan dan pertumbuhan anak didik mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya. Perkembangan dan pertumbuhan anak itu sendiri dipengaruhi oleh lingkungan dimana anak hidup berdampingan dengan semua orang dalam lingkup kehidupan social di masyarakat.
Kehidupan social dimasyarakat tidak selalu sama, tetapi ada juga perbedaanya. Perbedaan itu dapat dilihat dari aspek tingkat usia, pekerjaan, jabatan, tingkat kejayaan, pendidikan, sosiologis, geografis, profesi, dan sebagainya. Dalam sertifikasi sosial yang demikian itulah anak didik hidup dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sikap, prilaku dan pandangan hidup anak dipengaruhi oleh lingkungan yang membentuknya. Pengetahuan yang anak miliki sesuai dengan apa yang dia dapatkan dari lingkungan kehidupannya sebelum masuk sekolah. Anak didik yang terbiasa hidup dikota tentu lebih maju dan lebih luas pengetahuannya dari pada anak yang tinggal didesa. Karena perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih cepat menyebar dimasyarakat perkotaan dari pada di masyarakat pedesaan. Kehidupan dialam perkotaan dan dialam pedesaan yang diperbandingkan tersebut adalah dua sisi kehidupan yang berainan yang dapat melahirkan karakteristik anak yang berbeda pula. Hal itu pula yang menyebabkan perbedaan latar belakang kehidupan social anak.
Latar belakang social anak penting untuk diketahui oleh guru. Sebab dengan mengetahui darimana anak berasal, dapat membantu guru untuk memahami jiwa anak.
Pengalaman apa yang telah dimiliki anak adalah hal yang sangat membantu untuk memancing perhatian anak. Anak biasanya senang membicarakan hal-hal yang menjadi kesenangannya.
Dalam mengajar, pada saat yang tepat, guru dapat memanfaatkan hal-hal yang menjadi kesenangan anak untuk diselipkan dalam melengkapi isi dari bahan pelajaran yang disampaikan. Tentu saja pemanfaatannya tidak sembarangan, tetapi harus sesuai dengan pelajaran. Pendekatan realisasi ini dirasakan keampuhannya untuk memudahkan pengertian dan pemahamn anak didik terhadap bahan pelajaran yang disajikan. Anak mudah menyerap bahan yang bersentuhan dengan apersepsinya. Bahan pelajaran yang belum pernah didapatkan dan masih asing baginya, mudah diserap bila penjelasannya dikaitkan dengan apersepsi anak.
Pengalaman anak mengenai bahan pelajaran yang telah diberikan merupakan bahan apersepsi yang dipunyai oleh anak. Pertama kali anak menerima bahan pelajartan dari guru dalam suatu pertemuan, merupakan pengalaman pertama anak untuk menerima sesuatu yang baru, dan hal itu tetap menjadi milik anak. Itulah pengetahuan yang telah dimiliki anak untuk satu pokok bahasan dari suatu bidang studi disekolah. Pada pertemuan berikutnya, pengetahuan anak tersebut dapat dimanfaatkan untuk memancing perhatian anak terhadap bahan pelajaran yang akan diberikan, sehingga anak terpancing untuk memperhatikan penjelasan guru. Dengan demikian, usaha guru untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki anak didik dengan pengetahuan yang masih relevan yang akan diberikan, merupakan teknik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik dalam pengaran.
Bahan apersepsi sangat membantu anak didik dalam usaha mengolah kesan-kesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.
Penjelasan demi penjelasan dapat anak didik cerna secara bertahap hingga jalan pelajaran berahir. Dengan begitu, guru jangan khawatir bahwa anak didik tidak menguasai bahan pelajaran yang diberikan. Tapi yakinlah bahwa anak didik dapat menguasai sebagaian atau seluruh bahan pelajaran yang diberikan didalam suatu pertemuan. Akhirnya, pengetahuan guru mengenai apersepsi dapat memancing aktifitas belajar anak didik secara optimal.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa apersepsi memiliki kaitan yang erat di dalam proses pembelajaran. Apersepsi harus dilakukan oleh guru ketika ingin mengajarkan materi. Dengan adanya apersepsi maka dapat memberikan dasar awal siswa untuk mempelajari materi yang baru, dengan demikian maka apersepsi dapat memberikan kemudahan siswa dalam belajar. Proses belajar tidak dapat dipisahkan peristiwa-peristiwanya antara individu dengan lingkungan pengalaman murid, maka sebelum memulai pelajaran yang baru sebagai batu loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan bahan pelajarannya yang telah dikuasai oleh murid-murid berupa pengetahuan yang telah diketahui dari pelajaran yang lalu atau dari pengalaman.




BAB III
KESIMPULAN
1.      Apersepsi (Apperception) adalah suatu penafsiran buah pikiran, yaitu menyatupadukan dan mengasimilasi suatu pengamatan dan pengalaman yang telah dimiliki.
2.       A. Pengalaman baru akan mudah diterima jika dikaitkan dengan pengalaman lama yang telah dimiliki peserta didik sehingga proses pembelajaran akan berjalan lebih efektif.
C.     Pengalaman lama yang sudah dikmiliki dapat mem,berikan warna terhadap pengalaman baru sehingga suatu kesatuan yang integral dalam memodifikasi prilaku baru.
D.    Apersepsi dapat menumbuhkembangkan (Interest) dan perhatian (attention) dalam belajar sehingga keterbukaan untuk menerima pengalaman baru dalam belajar lebih siap dan menyenangkan.
E.     Apersepsi dapat menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta didik sehingga memberikan input untuk terjadinya mental Revolution dan motif untuk berprestasi
3.      Bahan apersepsi sangat membantu anak didik dalam usaha mengolah kesan-kesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.



DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Rienika Cipta : Jakarta, 2004.
Nanang Hanafiah, Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, Refika Adi Tama : Bandung, 2010.
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Rienika Cipta : Jakarta, 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar