PENGELOLAAN PENGAJARAN
PRINSIP APERSEPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah Pengelolaan pengajaran
DOSEN PENGAMPU :
Bpk. Basri Nurin , M.Ag
Disusun oleh kelompok : 16
Uswatun Hasanah : 1059971
Yayuk Rovita Sari : 0958601
Pendidikan Agama Islam (PAI)
Semester IV
Kelas C
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JURAI SIWO METRO
TAHUN 2011/2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL --------------------------------------------------------- i
KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------- ii
DAFTAR ISI ----------------------------------------------------------------- iii
BAB I : PENDAHULUAN ------------------------------------------ 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Apersepsi -------------------------------------- 2
B. Tujuan dan kegunaan Apersepsi--------------------------- 5
C. Memancing Apersepsi Anak Didik ----------------------- 6
BAB III : KESIMPULAN --------------------------------------------- 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang social anak penting untuk diketahui oleh guru. Sebab
dengan mengetahui darimana anak berasal, dapat membantu guru untuk memahami
jiwa anak.
Pengalaman apa yang telah dimiliki anak adalah hal yang sangat
membantu untuk memancing perhatian anak. Anak biasanya senang membicarakan
hal-hal yang menjadi kesenangannya.
Dalam mengajar, pada saat yang tepat, guru dapat memanfaatkan
hal-hal yang menjadi kesenangan anak untuk diselipkan dalam melengkapi isi dari
bahan pelajaran yang disampaikan. Tentu saja pemanfaatannya tidak sembarangan,
tetapi harus sesuai dengan pelajaran. Pendekatan realisasi ini dirasakan
keampuhannya untuk memudahkan pengertian dan pemahamn anak didik terhadap bahan
pelajaran yang disajikan. Anak mudah menyerap bahan yang bersentuhan dengan
apersepsinya. Bahan pelajaran yang belum pernah didapatkan dan masih asing
baginya, mudah diserap bila penjelasannya dikaitkan dengan apersepsi anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PRINSIP APERSEPSI
Apersepsi (Apperception) adalah suatu penafsiran buah
pikiran, yaitu menyatu padukan dan mengasimilasi suatu pengamatan dan
pengalaman yang telah dimiliki. Apersepsi sebagai salah satu fenomena psikis
yang dialami individu tatkala ada suatu kesan baru yang masuk dalam kesadaran serta
berasosiasi dengan kesan-kesan lama ang sudah dimiliki dibarengi dengan
pengolahan sehingga menjadi kesan yang luas. Kesan yang lama disebut sebagai
bahan apersepsi.
Apersepsi sering disebut “batu loncatan”, maksudnya, sebelum
pengajaran dimulai untuk menyajikan bahan pengajaran baru, guru diharapkan
dapat menghubungkan lebih dahulu bahan pelajaran (pengajaran)
sebelumnya/kemarin yang menurut guru telah dikuasai peserta didik. Apersepsi
ini dapat disajikan melalui pertanyaan untuk mengetahui apakah peserta didik
masih ingat/lupa, sudah dikuasai/belum, hasilnya untuk menjadi titik tolak
dalam memulai pengajaran yang baru. Dalam hal ini guru dapat menempuh jalan
pelajaran secara induktif.
1.
Dari
contoh-contoh menuju kaidah-kaidah.
2.
Dari
hal-hal yang mudah kepada yang sulit.
3.
Dari
hal-hal yang khusus kepada yang umum.
4.
Dari-hal
yang konkrit kepada hal-hal yang abstrak.
Apersepsi
adalah mengkaitkan konsep (pengetahuan) yang baru dengan yang telah
dikuasainya, yaitu asas korelasi (menghubungkan objek belajar yang satu dengan
yang lain agar mudah dikuasai siswa secara mendalam, asas korelasi dapat
bervariasi: korelasi tempat, korelasi waktu, dan korelasi ide). Asas integrasi
(setiap perolehan belajar terkait dalam pola berpikir serta bertindak yang
kompak dan utuh). Asas individualisasi (usahakan agar perkembangan siswa
optimal untuk dirinya selaras dengan potensionalitasnya.
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud apersepsi adalah pengamatan secara sadar (penghayatan)
tentang segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar
perbandingan serta landasan untuk menerima ide-ide baru. Banyak ahli yang
berusaha mendefinisikan arti apersepsi, namun untuk lebih mudah memahaminya,
maka saya mengartikan apersepsi sebagai suatu proses menghubungkan pengetahuan
lama dengan pengetahuan yang baru.
Menurut
Nurhasnawati, apersepsi bertujuan untuk membentuk pemahaman. Seperti yang
dikutip di dalam bukunya yang berjudul Strategi Pengajaran Mikro yakni, jika
guru akan mengajarkan materi pelajaran yang baru perlu dihubungkan dengan
hal-hal yang telah dikuasai siswa atau mengaitkannya dengan pengalaman siswa
terdahulu serta sesuai dengan kebutuhan untuk mempermudah pemahaman.
Menurut
Leibnitz, membedakan persepsi dan apersepsi. dengan persepsi yang dimaksud
adanya perangsang diterima seseorang, adanya pengamatan. apersepsi dimaksud
bahwa ia tahu bahwa ia melakukan pengamatan. Menurut Herbart, apersepsi adalah menerima tanggapan-tanggapan
baru dengan bantuan tanggapan yang telah ada. Wundt, bahwa apersepsi bukan
hanya asosiasi belaka melainkan memasukan tanggapan-tanggapan baru dalam suatu
hubungan kategorial atau hubungan yang lebih umum. Menurut para ahli psikologi
modern, apersepsi dimaksud pengamatan dengan penuh perhatian sambil memahami
serta mengolah tanggapan-tanggapan baru itu dan memasukanya ke dalam hubungan
yang kategorial.
Contoh usaha guru untuk membuat kaitan dengan aspek yang relevan
1. Dalam
permulaan pelajaran guru meninjau kembali sampai sejauh mana materi yang sudah
dipelajari sebelumnya dapat dipahami oleh siswa dengan cara guru mengajukan
pertanyaan pada siswa, tetapi dapat pula merangkum materi pelajaran terdahulu.
2. Membandingkan
pengetahuan lama dengan yang akan disajikan. Hal ini dilakukan apabila materi
baru itu erat kaitannya dengan materi yang akan dikuasai.
3. Guru
menjelaskan konsep/pengertiannya. Hal ini perlu dilakukan karena materi yang
akan dipelajari sama sekali materi baru
Proses pembelajaran akan lebih kreatif, efektif, inovatif, dan
menyenangkan jika dimulai dengan apersepsi. Apersepsi merupakan kumpulan hasil
pengalaman belajar masa lalu peserta didik yang dikaitkan dengan pengalaman
baru dalam belajar yang akan ditempuh peserta didik.
Apersepsi itu dapat mengembangkitkan minat dan perhatian terhadap
suatu pengajaran. Maka pengajaran harus dibangun melalui pengetahuan, sikap,
dan skill yang telah ada. Herbart (1814) menyarankan 4 langkah
pengajaran.
1.
Kejelasan
pengertian.
2.
Asosiasi
3.
Sistem
: menghubungkan bahan baru dengan hal-hal lain.
4.
Metode
: tugas, tanya jawab, dan sebagainya.
Pengikut
Herbart yakni Ziller merubahnya dan menggantikanya dengan 5 langkah berikut :
1. Analisis: apersepsi anak dibangkitkan dan ditujukan kepada bahan
baru.
2. Sintesis: bendanya diperlihatkan dan dijelaskan untuk
memperdalam pengertian.
3. Asosiasi: bahan baru dihubungkan dengan bahan yang bertalian
itu.
4. Sistem:bahan baru
dimaksukan ke dalam sistem pengetahuan.
5. metode:bahan baru dilatih
dan digunakan.
Menurut Rein, pengikut dari Herbart juga mengemukakan
:
1. Preparasi (persiapan): peserta didik dipersiapkan untuk menerima
bahan baru dengan membangkitkan bahan apersepsi.
2. Presentasi(penyajian): pada fase ini pengajar menyodorkan bahan
pelajaran baru.
3. Asosiasi: bahan baru
dianalisis dan dibandingkan dengan hal-hal lain ynag berhubungan dengan bahan
itu.
4. Generalisasi : pada fase ini diambil kesimpulan merupakan
prinsip-prinsip dan pengertian-pengertian.
5. Aplikasi(penggunaan): Peserta didik diberi kesempatan untuk
menggunakan dan melatih bahan yang dipelajari.
Menurut Morrison-plan
1. Eksplorasi. dengan tes atau diskusi diselidiki pengetahuan yang
telah dimiliki peserta didik tentang suatu masalah.
2. Mengetahui, sampai manakah peserta didik mencapai tujuan
pelajaran dan pendidikan.
3. Menunjukan kekurangan dan kelemahan peserta didik, sehingga
mereka dapat diberi bantuan yang khusus untuk mengatasi kekurangan tersebut.
4. Menunjukan kelemahan metode mengajar yang digunakan pengajar,
kekurang murid sering bersumber dari metode dan cara mengajar yang kurang baik.
5. Memberi petunjuk yang lebih jelas tentang tujuan pelaharan yang
hendak dicapai.
6. Memberi dorongan kepada
murid untuk belajar dengan giat.
B.
TUJUAN DAN KEUNTUNGAN APERSEPSI
Lebih luas tujuan apersepsi antara lain:
1.
Mencoba menarik mereka ke dunia yang kita ciptakan
Perlu
dipahami bahwa tidak semua siswa mengerti terhadap apa yang akan kita ajarkan.
Tidak semua juga yang menyadari bahwa pemahaman akan pelajaran lama bisa
kembali bermanfaat di pelajaran yang akan dipelajari. Pembelajaran terkadang
merupakan suatu kesatuan yang terangkai antara satu materi dengan materi
lainnya dan dengan melakukan apersepsi maka akan menyadarkan siswa bahwa materi
yang akan dipelajari memiliki relevansi dengan materi yang telah dipelajari.
2.
Mencoba menyatukan dua dunia
Walaupun
dapat dikatakan materi satu dengan yang lainnya memiiki perbedaan, namun
ada materi-materi tertentu yang memiliki relevansi dengan materi
sebelumnya. Sehingga kiranya sangat perlu bagi guru untuk menyatukan dan
menghubungkan antara kedua materi tersebut.
3.
Menciptakan atmosfir
Suasana
harus tetap selalu dijaga dan dibentuk sedemikian rupa agar tetap terus
terpelihara suasana yang kondusif bagi bagi siswa untuk belajar. Selain itu
apersepsi bukan hanya membentuk armosfir fisik yang baik, namun juga dapat
membentuk suasana psikologis yang baik sehingga menimbulkan perasaan mampu
untuk mempelajari materi baru.
Berdasarkan
paparan di atas dapat disimpulkan bahwa apersepsi memiliki kaitan yang erat di
dalam proses pembelajaran. Apersepsi harus dilakukan oleh guru ketika ingin
mengajarkan materi. Dengan adanya apersepsi maka dapat memberikan dasar awal
siswa untuk mempelajari materi yang baru, dengan demikian maka apersepsi dapat
memberikan kemudahan siswa dalam belajar. Proses belajar tidak dapat dipisahkan
peristiwa-peristiwanya antara individu dengan lingkungan pengalaman murid, maka
sebelum memulai pelajaran yang baru sebagai batu loncatan, guru hendaknya
berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan bahan pelajarannya yang telah
dikuasai oleh murid-murid berupa pengetahuan yang telah diketahui dari
pelajaran yang lalu atau dari pengalaman.
Proses pembelajaran akan lebih aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan jika para guru secara cerdas dapat menggunakan persepsi
(pengalaman atau bahan ajar baru dikaitkan dengan bahan ajar yang lalu atau
pengalaman lama yang telah dimiliki peserta didik). Apersepsi ini diharapkan
dapat memberikan nilai tambah bagi kesuksesan proses pembelajaran peserta
didik. Pengalaman merupakan guru yang terbaik (Experience is The Best Teacher).
Hamalik (1980 :232) menyatakan, pengalaman-pengalaman merupakan integrasi dari
tiga unsure, yaitu:
1.
Kesan-kesan
terdahulu (Sensory element );
2.
Bayangan
atau tanggapan terdahulu yang telah berasosiasi (Image);
3.
Senang
dan tidak senang (affective);
Keseluruhan
pengalaman ini disebut perception, yang terdiri atas :
1.
Foreground,
yaitu objek yang diperhatikan.
2.
Background,
yaitu bahan-bahan yang telah diamati terdahulu.
Jiwa manusia pada dasarnya merupakan kumpulan-kumpulan bahan-bahan apersepsi
atau pengalaman – pengalaman masa lampau. Bahan – bahan apersepsi ini tersimpan
diruangan bawah sadar yang sewaktu – waktu muncul dalam kesadaran.
Ada beberapa yang perlu diperhatikan berkaitan dengan apersepsi,
yaitu sebagai berikut :
a.
Pengalaman
baru akan mudah diterima jika dikaitkan dengan pengalaman lama yang telah
dimiliki peserta didik sehingga proses pembelajaran akan berjalan lebih
efektif.
b.
Pengalaman
lama yang sudah dikmiliki dapat mem,berikan warna terhadap pengalaman baru
sehingga suatu kesatuan yang integral dalam memodifikasi prilaku baru.
c.
Apersepsi
dapat menumbuhkembangkan (Interest) dan perhatian (attention) dalam
belajar sehingga keterbukaan untuk menerima pengalaman baru dalam belajar lebih
siap dan menyenangkan.
d.
Apersepsi
dapat menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta didik sehingga memberikan
input untuk terjadinya mental Revolution dan motif untuk berprestasi.
C.
MEMANCING APERSEPSI ANAK DIDIK
Anak didik adalah mahluk individual. Anak didik adalah orang yang
mempunyai kepribadian dengan cirri-ciri yang khas sesuai dengan perkembangan
dan pertumbuhannya. Perkembangan dan pertumbuhan anak didik mempengaruhi sikap
dan tingkah lakunya. Perkembangan dan pertumbuhan anak itu sendiri dipengaruhi
oleh lingkungan dimana anak hidup berdampingan dengan semua orang dalam lingkup
kehidupan social di masyarakat.
Kehidupan social dimasyarakat tidak selalu sama, tetapi ada juga
perbedaanya. Perbedaan itu dapat dilihat dari aspek tingkat usia, pekerjaan,
jabatan, tingkat kejayaan, pendidikan, sosiologis, geografis, profesi, dan
sebagainya. Dalam sertifikasi sosial yang demikian itulah anak didik hidup dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Sikap, prilaku dan pandangan hidup anak
dipengaruhi oleh lingkungan yang membentuknya. Pengetahuan yang anak miliki
sesuai dengan apa yang dia dapatkan dari lingkungan kehidupannya sebelum masuk
sekolah. Anak didik yang terbiasa hidup dikota tentu lebih maju dan lebih luas
pengetahuannya dari pada anak yang tinggal didesa. Karena perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih cepat menyebar dimasyarakat
perkotaan dari pada di masyarakat pedesaan. Kehidupan dialam perkotaan dan
dialam pedesaan yang diperbandingkan tersebut adalah dua sisi kehidupan yang
berainan yang dapat melahirkan karakteristik anak yang berbeda pula. Hal itu
pula yang menyebabkan perbedaan latar belakang kehidupan social anak.
Latar belakang social anak penting untuk diketahui oleh guru. Sebab
dengan mengetahui darimana anak berasal, dapat membantu guru untuk memahami jiwa
anak.
Pengalaman apa yang telah dimiliki anak adalah hal yang sangat
membantu untuk memancing perhatian anak. Anak biasanya senang membicarakan
hal-hal yang menjadi kesenangannya.
Dalam mengajar, pada saat yang tepat, guru dapat memanfaatkan
hal-hal yang menjadi kesenangan anak untuk diselipkan dalam melengkapi isi dari
bahan pelajaran yang disampaikan. Tentu saja pemanfaatannya tidak sembarangan,
tetapi harus sesuai dengan pelajaran. Pendekatan realisasi ini dirasakan
keampuhannya untuk memudahkan pengertian dan pemahamn anak didik terhadap bahan
pelajaran yang disajikan. Anak mudah menyerap bahan yang bersentuhan dengan
apersepsinya. Bahan pelajaran yang belum pernah didapatkan dan masih asing
baginya, mudah diserap bila penjelasannya dikaitkan dengan apersepsi anak.
Pengalaman anak mengenai bahan pelajaran yang telah diberikan
merupakan bahan apersepsi yang dipunyai oleh anak. Pertama kali anak menerima
bahan pelajartan dari guru dalam suatu pertemuan, merupakan pengalaman pertama
anak untuk menerima sesuatu yang baru, dan hal itu tetap menjadi milik anak.
Itulah pengetahuan yang telah dimiliki anak untuk satu pokok bahasan dari suatu
bidang studi disekolah. Pada pertemuan berikutnya, pengetahuan anak tersebut dapat
dimanfaatkan untuk memancing perhatian anak terhadap bahan pelajaran yang akan
diberikan, sehingga anak terpancing untuk memperhatikan penjelasan guru. Dengan
demikian, usaha guru untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki anak didik
dengan pengetahuan yang masih relevan yang akan diberikan, merupakan teknik
untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik dalam pengaran.
Bahan apersepsi sangat membantu anak didik dalam usaha mengolah
kesan-kesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.
Penjelasan demi penjelasan dapat anak didik cerna secara bertahap
hingga jalan pelajaran berahir. Dengan begitu, guru jangan khawatir bahwa anak
didik tidak menguasai bahan pelajaran yang diberikan. Tapi yakinlah bahwa anak
didik dapat menguasai sebagaian atau seluruh bahan pelajaran yang diberikan
didalam suatu pertemuan. Akhirnya, pengetahuan guru mengenai apersepsi dapat
memancing aktifitas belajar anak didik secara optimal.
Berdasarkan
paparan di atas dapat disimpulkan bahwa apersepsi memiliki kaitan yang erat di
dalam proses pembelajaran. Apersepsi harus dilakukan oleh guru ketika ingin
mengajarkan materi. Dengan adanya apersepsi maka dapat memberikan dasar awal
siswa untuk mempelajari materi yang baru, dengan demikian maka apersepsi dapat
memberikan kemudahan siswa dalam belajar. Proses belajar tidak dapat dipisahkan
peristiwa-peristiwanya antara individu dengan lingkungan pengalaman murid, maka
sebelum memulai pelajaran yang baru sebagai batu loncatan, guru hendaknya
berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan bahan pelajarannya yang telah
dikuasai oleh murid-murid berupa pengetahuan yang telah diketahui dari
pelajaran yang lalu atau dari pengalaman.
BAB III
KESIMPULAN
1.
Apersepsi
(Apperception) adalah suatu penafsiran buah pikiran, yaitu
menyatupadukan dan mengasimilasi suatu pengamatan dan pengalaman yang telah
dimiliki.
2.
A. Pengalaman baru akan mudah diterima jika
dikaitkan dengan pengalaman lama yang telah dimiliki peserta didik sehingga
proses pembelajaran akan berjalan lebih efektif.
C.
Pengalaman
lama yang sudah dikmiliki dapat mem,berikan warna terhadap pengalaman baru
sehingga suatu kesatuan yang integral dalam memodifikasi prilaku baru.
D.
Apersepsi
dapat menumbuhkembangkan (Interest) dan perhatian (attention) dalam
belajar sehingga keterbukaan untuk menerima pengalaman baru dalam belajar lebih
siap dan menyenangkan.
E.
Apersepsi
dapat menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta didik sehingga memberikan
input untuk terjadinya mental Revolution dan motif untuk berprestasi
3.
Bahan
apersepsi sangat membantu anak didik dalam usaha mengolah kesan-kesan dari
bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani, Pengelolaan
Pengajaran, Rienika Cipta : Jakarta, 2004.
Nanang
Hanafiah, Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, Refika Adi Tama :
Bandung, 2010.
Syaiful Bahri
Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Rienika Cipta :
Jakarta, 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar